Rabu, 06 Maret 2013

Review Kehausan di Ladang Air dari gutterspit.com




Satu dekade lalu ada sebuah majalah bernama Pantau. Ia agak berbeda dengan majalah lain pada zamannya, karena isinya merupakan tulisan investigatif ala jurnalisme pada umumnya namun dipaparkan dalam gaya tutur yang menarik seperti novel.
Majalah itu tidak berumur lama, namun cukup membuat saya berkeyakinan bahwa di zaman huru-hara informasi seperti sekarang, usaha mewartakan itu harus menarik. Sejak itu saya selalu berandai-andai jika saja metode penulisan seperti itu populer di kalangan anak muda dan dipakai untuk membongkar ketidakadilan di sekeliling kita, akan menjadi senjata cukup ampuh untuk melawan kebanalan teks ditengah puting beliung informasi yang berseliweran mengalihkan perhatian kita. Hingga tiba hari ini, sinyal menggembirakan datang seusai membaca buku“Kehausan di Ladang Air”.
 Sebuah buku yang mencoba membongkar praktek pencurian air dan politik privatisasi sumber-sumber air bersih di Bandung.
Membaca karya Zaky Yamani ini tidak terasa bahwa kita sedang membaca sebuah laporan investigasi penuh statistik dan peta yang rumit perihal politik sumber air bersih di kota yang notabene kaya akan sumber air. Berangkat dari pengamatan sekeliling dan keraguan terhadap klaim pemerintah kota Bandung yang menyatakan bahwa warga kota tidak memiliki masalah terhadap akses air bersih, Zaky memulai penelusurannya di tempat-tempat paling hardcore di Bandung. Di daerah beling di Jamika, di gang-gang sempit di belakang Braga hingga perkampungan miskin kota di daerah Rajawali.
buku dapat dipesan dalam versi pdf dan versi cetak. hubungi 081573114089

Tidak ada komentar:

Posting Komentar