Sabtu, 23 Maret 2013

Si Gatal (3-Tamat)


Posted by zaky on Jul 29, '08 5:23 AM for everyone in multiply


"Jadi kumaha Tal?" kata Kimung, teman saya yang anak punk.
"Kieu Mung," kata Gatal, dengan suara yang serak, karena dia habis berteriak-teriak akibat kebanyakan minum VSOP Mansion House. "Urang teh teu niat ngabondon sebenerna mah."
Saya dan Kimung tertawa.
"Jadi bener pan maneh ngabondon?" tanya saya.
"Goblog Tal, lamun nyaho maneh sok ngabondon mah bareng weh jeung urang," kata Kimung.
"Ih..henteu mang," Gatal membantah. "Ceuk urang oge, urang teh teu niat ngabondon. Ngan..."
"Ngan maneh kabita pas ningali bondonna, jadi weh ngabondon," kata Kimung. "Bae atuh Tal, da urang oge maklum. Sesama pelanggan mah teu kudu era-era."

Rabu, 20 Maret 2013

Si Gatal (2)


Posted by zaky on Jul 7, '08 4:56 AM for everyone
Kumaha?!” saya berteriak. Maklum suara mesin sepeda motor dan mobil yang bising, membuat saya harus berteriak saat berbicara.
Urang teh ngan rek milu sare wungkul di Tegalega,” kata si Gatal. ”Maklum lah, ngarana oge mahasiswa, keur resep nyobaan sagala rupa.
Ah waduk siah,” kata saya. ”Maneh pasti keur ngabondon.”
Sumpah mang,” si Gatal bersumpah. ”Urang mah tara ngabondon.
Ari lain jeung bondon mah sering nya?” kata saya.
Ha..ha..ha..eta mah lain carita mang,” kata dia.
Geus jeung saha wae euy?” tanya saya.
Wah...ke heula mang,” kata si Gatal.”Urang hayang nyarita heula.
Sok atuh,” kata saya.
Jadi urang teh keur sasarean,” kata si Gatal. ”Da urang hayang nyobaan sare di Tegalega. Maenya geus lila cicing di Bandung can pernah sare di Tegalega.
Terus?” tanya saya.

Senin, 18 Maret 2013

Nazi Jawa dan Kepanikan Barat


Saya mengikuti sebuah diskusi di Huffingtonpost.com, berawal dari sebuah postingan seorang relawan dari luar negeri yang mengajarkan tentang bahayanya Nazi kepada siswa sekolah menengah. Relawan itu tergugah untuk memberikan penjelasan tentang Hitler dan Nazi karena merasa khawatir dengan anak-anak sekolah yang dengan bangga menggunakan simbl-simbol Nazi seperti swastika dan lain-lain.

Tentu menyenangkan ada orang luar yang mau meluangkan waktu mengajarkan sekelumit sejarah Perang Dunia II kepada anak-anak kita, mengingat pelajaran sejarah di sekolah mungkin tidak menyinggung banyak tentang bagian sejarah itu. Dan juga harus disyukuri ada orang luar yang mau memberikan perspektif kemanusiaan, pada sebuah peristiwa sejarah, untuk membantu anak-anak itu memahami konteks sejarah dan mengaitkannya dengan diri mereka, jika mereka berada di dalam konteks sejarah itu. Pertanyaan yang sangat bagus diajukan sang guru, apakah jika kalian hidup di jaman itu dan di wilayah itu, kalian akan bertahan hidup?

Sabtu, 16 Maret 2013

Si Gatal (1)

Posted by zaky on Jul 3, '08 6:26 AM for everyone di multiply


Kunaon si eta di geroan si Ateul (dalam bahasa Indonesia artinya Gatal)?” tanya saya.
”Teuing,” kata teman saya, ”Mungkin orangnya bisa bikin orang lain gatal-gatal.”
Entah bagaimana saya kenal orang itu. Saya lupa bagaimana prosesnya. Kalau sampai tidak ingat begitu, artinya perkenalan kami tidak berkesan.
Kalau dilihat dari sisi fisik, sudah pasti saya tidak mau kenal dengan si Gatal. Tampilannya sudah tampak pikasebeleun. Kelakuannya maceuh. Ngomongnya sembarangan, tapi dibungkus dengan bahasa halus
Tetapi, mungkin sudah nasib, mungkin sudah menjadi qada dan qadar saya, kalau saya harus berteman dengan orang itu. Si Gatal. Wartawan yang belum juga kelar kuliah S-1 nya. (Mungkin saya harus lebih menyemangati biar dia semangat menyelesaikan skripsinya. Mungkin saya jangan lagi mengajaknya mabuk. Tapi dia memang suka mabuk. Anggur buah merah, intisari, dan arak, kesukaannya).
Si Gatal punya toko buku. Atau mungkin dia bekerja di toko buku itu. Saya tidak pernah bertanya. Karena sejak awal saya ke toko buku itu cuma mau ketemu si Ajo, bukan mau kenal si Gatal. Teman senasib yang juga ada di toko buku itu si Soleh. Bos mereka namanya Pak Nanang, walaupun tampilannya tidak seperti bapak-bapak. Pak Nanang orangnya soleh, ga suka minum. Mungkin dia pendukung PKS. Tapi dia tahu banyak tentang Iron Maiden.

Jumat, 15 Maret 2013

Melewati Batas Reportase


Saya sedang mengerjakan sebuah projek buku, berisi tulisan-tulisan feature yang menurut saya berarti dalam sepuluh tahun perjalanan saya menjadi wartawan. Tadinya saya pikir membuat buku ini akan mudah: tinggal mengumpulkan tulisan yang ada dan membukukannya. Ternyata saya salah.
Saat mengumpulkan tulisan dan memilih untuk mana yang cukup layak untuk dimasukkan ke dalam buku, saya sudah kesulitan. Ada ratusan tulisan yang ada di folder komputer saya. Saya harus membacanya satu per satu.
Setelah saya baca kembali setiap tulisan itu, ingatan saya dibawa kembali pada bagaimana setiap tulisan itu dibuat. Setiap tulisan memiliki kenangannnya sendiri-sendiri, dan yang pasti proses penulisannya panjang. Ada tulisan yang memang saya rencanakan, dan saya gali sendiri. Ada juga tulisan yang prosesnya seakan-akan tiba-tiba. Untuk yang terakhir itu, faktor keberuntungan memainkan peran yang lebih besar.
Setelah memilih sepuluh tulisan, ide saya untuk buku kumpulan tulisan itu berubah lagi. Saya tidak ingin buku kumpulan tulisan itu hanya menjadi semacam kliping berita koran saja. Saya ingin membuatnya menjadi lebih personal, memasukkan pengalaman pribadi saya di dalam setiap tulisan itu, yang tidak dapat saya masukkan dalam edisi yang terbit di koran.

Rabu, 13 Maret 2013

Gatal, Di Manakah Engkau?


Posted by zaky on Jan 11, '09 1:34 AM for everyone di multiply
Suatu hari, saya kangen si Gatal. Perasaan, sudah lama tidak berjumpa. Padahal baru dua minggu kemarin mabuk bersama. Kenapa saya kangen? Karena saya selalu teringat ketika dia maceuh sehabis minum wiski mansion house yang dia kira jhonny walker black label. Suatu hari nanti, akan saya tampilkan di blog ini, rangkaian foto kemaceuhan si Gatal. Setiap mengingat kejadian itu, saya selalu tertawa sendiri. Daripada tertawa sendiri jadi lebih baik saya telepon dia.
"Halo," kata saya.
"Halo," kata Gatal.
"Pak Gatal masih jadi wartawan?" tanya saya
"Eeeeh si mamang! Kumaha Mang?! Kamana wae?!"
"Ari maneh, ditanya teh lain ngajawab, kalah malik nanya!"
"Sekarang saya tidak jadi wartawan mang!"
"Kunaon?"
"Jadi pagawe multilevel marketing mang!"

Tatarucingan


Posted by zaky on Jan 14, '09 3:55 AM for everyone di multiply
Saya tidak tahu makna kata tatarucingan atau tebak-tebakan dalam bahasa Sunda tapi buat apa juga ambil pusing toh tidak ada seorang pun tahu kenapa buah manis berwarna jingga dan berbiji hitam disebut pepaya juga tidak seorang pun peduli kenapa butiran air yang jatuh dari langit disebut hujan dan setiap kali mendengar kata hujan saya selalu teringat pada imajinasi saya sewaktu saya masih kecil bahwa hujan terjadi karena Tuhan menyiramkan air dari kamar mandinya

Minggu, 10 Maret 2013

Surat Terakhir Seorang Editor


Saya pernah mengunggah artikel (atau lebih tepatnya surat) ini di blog saya di multiply, tahun 2009 lalu. Sekarang, rasanya saya ingin berbagi lagi isi surat ini. Ini cerita sedih sekaligus juga menggugah, yang ditulis oleh editor asal Sri Lanka Lasantha Wickramatunga di The Sunday LeaderSetelah menulis artikel-opini ini Lasantha tewas dibunuh, diberondong peluru dari senapan mesin. Artikel ini dikirim oleh teman saya di India, Deepa Anappara. Here is the link: http://www.thesundayleader.lk/20090111/editorial-.htm.



No other profession calls on its practitioners to lay down their lives for their art save the armed forces and, in Sri Lanka, journalism. In the course of the past few years, the independent media have increasingly come under attack. Electronic and print-media institutions have been burnt, bombed, sealed and coerced. Countless journalists have been harassed, threatened and killed. It has been my honour to belong to all those categories and now especially the last.

More Reviews on "Kehausan di Ladang Air"



Ini bukan buku biasa. Pembaca seolah diajak melihat fragmen-fragmen kehidupan kota Bandung khususnya di pemukiman padat penduduk. Tentang produktivitas penduduk yang menurun karena harus mengantri air atau begadang akibat menunggu air. Tentang pedagang air dan lingkarannya. Tentang premanisme, pemasangan instalasi illegal oleh oknum PDAM. Tentang ormas yang blak-blakan dicantumkan identitasnya oleh Zaky. Dan tentang betapa iklim politik pun mampu mempengaruhi kebijakan air minum.
Sehingga tidak berlebihan ketika pejabat Walhi mengatakan bahwa buku (termasuk penulisnya) menuai ancaman dan kecaman pihak “terkait”.

Kamis, 07 Maret 2013

More reviews on Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya




Gw dari dulu suka banget baca cerpen. Itu juga yang membuat gw ikut kelas ‘Penulisan Populer’-nya Pak Ismail Marahimin, bokapnya @somemandy. Ini yang kerap membuat gw disangka anak Fakultas Sastra, karena nulis soal ini di sampul belakang buku ‘Cheers, UK!’ Percayalah, darah oranye mengalir deras di dalam gw: gw aseli anak FISIP!
Pada masa itu, gw suka banget sama Seno Gumira Ajidarma. Dan kini, ada ‘Johnny Mushroom dan cerita lainnya’ di tangan gw.

Rabu, 06 Maret 2013

Review Kehausan di Ladang Air dari gutterspit.com




Satu dekade lalu ada sebuah majalah bernama Pantau. Ia agak berbeda dengan majalah lain pada zamannya, karena isinya merupakan tulisan investigatif ala jurnalisme pada umumnya namun dipaparkan dalam gaya tutur yang menarik seperti novel.
Majalah itu tidak berumur lama, namun cukup membuat saya berkeyakinan bahwa di zaman huru-hara informasi seperti sekarang, usaha mewartakan itu harus menarik. Sejak itu saya selalu berandai-andai jika saja metode penulisan seperti itu populer di kalangan anak muda dan dipakai untuk membongkar ketidakadilan di sekeliling kita, akan menjadi senjata cukup ampuh untuk melawan kebanalan teks ditengah puting beliung informasi yang berseliweran mengalihkan perhatian kita. Hingga tiba hari ini, sinyal menggembirakan datang seusai membaca buku“Kehausan di Ladang Air”.

Johnny Mushroom di Rolling Stone Indonesia



Namanya Yadi. Tapi teman-teman sepergaulan menyebutnya jauh lebih keren: Johnny…Johnny Mushroom. Ia anak punk necis. Memakai kemeja Ben Sherman, Levi’s, Doc Martens. Telinganya akrab dengan Sham 69, GBH, Rancid hingga The Business. Johnny adalah penjual mushroom, sejenis jamur halusinogenik. Menjual jamur yang kerap ditemukan di atas kotoran sapi ini, adalah sebuah keputusan penting seorang skinhead macam Johnny.

Mushroom adalah ingatan masa kecil Johnny. Jamur itu pernah diberikannya pada sang ibu, untuk dimasak bagi anggota keluarganya. Ibu, ayah dan pamannya mabuk berat. Johnny habis dimarahi sang ayah. Ini membuat ia bersumpah untuk tak lagi menyantap jamur, apapun jenisnya. Sebuah momen di Pangandaran, mengantarkannya kembali pada jamur ajaib ini.

Bagian Cerita dari Reportase "Dimabuk Santolo"



Keluar dari ruang nakhoda, sinar matahari sudah lembut, tetapi belum jingga. Angin laut terasa segar. Saya melangkah ke ruang belakang untuk mengambil keresek berisi buah-buahan, kemudian ikut bergabung dengan Bangkit di haluan.
“Merasa mual, tidak?” tanya saya.
“Lumayan. Tadi terasa sangat mual, tetapi setelah makan kedondong, rasanya jadi lebih ringan,” jawab Bangkit.
Kami saling menatap. Entah kenapa, perut saya terasa seperti digelitik. Rasanya ada dorongan yang begitu kuat untuk tertawa terbahak-bahak. Lalu tawa saya meledak, tanpa sebab.