Jumat, 24 April 2015

The Bolshevik Myth dalam Serial di Pikiran Rakyat

Kisah petualangan selalu menarik disimak, terlebih jika kisah itu nyata, bukan fiksi. Dari kisah petualangan, pembaca dapat mengetahui dunia yang jauh, bahkan mungkin tak terjangkau oleh kebanyakan orang. Pembaca juga dapat mempelajari makna perjuangan dan nilai-nilai kemanusiaan, tanpa harus bersusah payah merasakan pahit dan getirnya sebuah perjalanan. Dengan pertimbangan itu Pikiran Rakyat menghadirkan cerita bersambung, ditulis oleh seorang petualang, sekaligus salah satu aktivis dan pemikir anarkis terpenting sampai saat ini, Alexander Berkman (1870-1936).

Cerita bersambung itu diangkat dari buku harian yang ditulisan Berkman, sejak dia diculik oleh agen federal Amerika Serikat pada Desember 1919 sampai dia melarikan diri dari Soviet Rusia pada 1922. Buku harian itu kemudian diterbitkan dengan judul “The Bolshevik Myth” pada 1925, saat Berkman tinggal di Perancis. Untuk cerita bersambung ini, kami mengganti judulnya menjadi “Buron Beruang Merah”, dan diterbitkan setiap hari mulai Senin 12 Mei 2014.

Berkman, dan juga para aktivis anarkis yang lain, adalah sosok yang unik. Mereka dibenci di negara-negara yang menjalankan kapitalisme, juga menjadi buron di negara yang menjalankan komunisme. Karena ideologinya itu, Berkman harus berpindah-pindah negara, karena tidak ada negara yang rela menampungnya.

Bahkan sebelum memilih ideologi anarkisme, Berkman sudah dikejar-kejar penguasa. Dia lahir pada 1870 di Rusia dan tumbuh remaja di sana, pada saat negeri itu masih diperintah oleh Tsar. Karena tekanan politik, dia memutuskan untuk pergi dari negeri kelahirannya ke Jerman pada 1888. Dari Jerman dia pindah lagi ke Amerika Serikat, tempat dia akhirnya belajar anarkisme dan bergabung dalam pergerakan buruh.

Selama di Amerika Serikat, Berkman tumbuh menjadi aktivis anarkis radikal. Bahkan pada 1892 dia “mengorbankan diri” untuk membunuh Henry Clay Frick, seorang manajer perusahaan Carnegie Steel Company. Frick terkenal sebagai orang antiserikat buruh, dan sangat represif menindak aktivis buruh di perusahaannya.

Dalam rencana pembunuhan, Berkman bertugas sebagai eksekutor, dan setelah berhasil membunuh manajer itu, dia akan bunuh diri dengan menelan pil dinamit. Dia berharap, jika rencana itu berhasil, kaum buruh di seluruh Amerika Serikat akan tersulut untuk mengobarkan revolusi.

Rencana itu gagal, walau Berkman sempat menembak dan menusuk korbannya. Dia ditangkap polisi, lalu pengadilan menjatuhkan vonis penjara 21 tahun. Berkman menjalani masa di penjara selama 14 tahun, karena mendapatkan pengurangan hukuman, dan bebas pada 1906. Berada di penjara selama itu membuatnya menjadi pribadi yang berbeda, dari seorang prokekerasan menjadi orang yang antikekerasan.

Tetapi penjara tidak membuat aktivismenya memudar. Sekeluar dari penjara dia tetap aktif memberikan ceramah tentang anarkisme di seluruh Amerika Serikat, dan tetap aktif dalam aksi-aksi demonstrasi buruh.

Berkman kembali dipenjara pada 1917, karena menentang kebijakan wajib militer, saat Amerika Serikat melibatkan diri dalam Perang Dunia I. Dalam memoar teman yang juga kekasih Berkman, Emma Goldman, masa penjara kedua yang dijalani Berkman selama dua tahun begitu kerasnya, sampai memberikan efek yang lebih merusak dibandingkan pemenjaraan pertama yang berlangsung 14 tahun.

Bebas untuk kedua kalinya dari penjara pada 1919, Berkman kembali menjadi aktivis buruh dan politik. Di saat yang sama pemerintah Amerika Serikat ketakutan atas kemenangan revolusi Bolshevik di Rusia, akibatnya Berkman dan para pentolan aktivis anarkis diculik agen federal Amerika Serikat, lalu ditahan di sebuah penjara di Pulau Ellis, di lepas pantai New York. Dari pulau itu, Berkman dan 248 temannya sesama aktivis anarkis, dibuang ke Rusia yang saat itu masih dalam situasi perang.

Dari pemberangkatan ke Rusia, cerita bersambung ini dimulai.

Awalnya Berkman begitu kagum dengan revolusi Bolshevik. Namun antusiasmenya memudar setelah dia menyaksikan banyak ketidakadilan dan kejahatan pada kemanusiaan yang dilakukan kaum Bolshevik. Terlebih saat dia bertemu dengan “guru spiritual” anarkisme, Peter Kropotkin, yang mengalami langsung ketidakadilan kaum Bolshevik. Kropotkin berkata kepada Berkman dan seorang wartawan Inggris yang menyertainya, “Kaum Bolshevik menunjukkan bagaimana revolusi seharusnya tidak dilakukan.”

Pertemuan Berkman dengan para pemimpin revolusi Bolshevik, seperti Vladimir Lenin, Leon Trotsky, dan tokoh-tokoh lainnya memberikan pemahaman lain atas revolusi itu. Rupanya revolusi itu berjalan sukses di dalam imajinasi para pemimpinnya, tetapi tidak dalam tataran rakyat jelata. Berkman mengakui kecerdasan dan keteguhan Lenin, Trotsky, dan lain-lain, tetapi dia menyaksikan keteguhan dan kecerdasan mereka tidak cukup kuat untuk mengatur para “komisar” atau pimpinan-pimpinan bidang dan kewilayahan yang korup, dan lebih kasar lagi, menjadi perampok rakyat.

Alih-alih menciptakan masyarakat yang tanpa kelas, Berkman melihat kaum Bolshevik malah menjadi kelas penguasa baru, yang membuat Rusia nyaris tak ada bedanya dengan masa Tsar: pekat dengan kemiskinan, perampasan, penculikan, dan pembunuhan. Berkman, dan kaum anarkis, juga menjadi sasaran penculikan dan pembunuhan kaum Bolshevik, karena dianggap kontrarevolusi.

Ironis bagi Berkman yang mengagumi Trotsky, karena perintah penyerangan, penangkapan, dan pembunuhan terhadap kaum anarkis dan kaum revolusioner non-Bolshevik, ternyata berdasarkan perintah Trotsky sendiri sebagai panglima Tentara Merah. Dan jika kita membaca sejarah lebih jauh, kita dapat menyaksikan ironi lainnya: Trotsky yang merupakan “anak emas” Lenin diusir dari Soviet Rusia oleh rezim pengganti Lenin, Stalin, yang sangat birokratis dan kejam. Bahkan akhirnya pada 1940 Trotsky dibunuh di Meksiko oleh agen rahasia Uni Soviet atas perintah langsung dari Stalin.

Pengalaman dan kesaksiannya atas revolusi Bolshevik membuat Berkman berubah dari pengagum menjadi pembenci kaum itu. Setelah melarikan diri dari Rusia, Berkman kemudian aktif mengampanyekan sikap anti-Bolshevik.

Walau demikian, revolusi Bolshevik menjadi bagian penting dalam sejarah politik, ekonomi, budaya, dan kekuasaan umat manusia. Tidak hanya itu, revolusi itu menyajikan banyak sekali tragedi dan drama kemanusiaan: kejayaan, cinta, pengkhianatan, kematian, dan kejatuhan. Dan dunia menyaksikan, Uni Soviet—negara terluas di dunia pada era modern—yang dilahirkan oleh revolusi Bolshevik pada 1917, akhirnya runtuh pada 1991.

Kisah petualangan Berkman tidak tersaji dengan mudah ke hadapan pembaca. Berkman menulisnya dalam perjalanan berbahaya mengarungi Samudera Atlantik dan dua tahun tinggal di Soviet Rusia. Saat melarikan diri dari negeri itu, dia harus menyembunyikan buku hariannya dari pemeriksaan berbagai pihak. Buku harian itu sempat hilang untuk beberapa bulan, dan Berkman mencarinya hampir ke seluruh wilayah Eropa. Ketika dia putus asa untuk mendapatkan kembali buku hariannya, tiba-tiba saja buku itu ditemukan di loteng seorang perempuan tua di Jerman.

Cerita Berkman selama di Rusia cukup panjang. Untuk cerita bersambung di Pikiran Rakyat, kami membaginya menjadi 100 edisi. Bagi pembaca serius yang membutuhkan gambaran bagaimana revolusi Bolshevik berlangsung, kisah Berkman memberikan laporan pandangan langsung dari lapangan ketika revolusi masih berlangsung. Sedangkan bagi pembaca yang sekadar ingin menikmati kisah petualangan tanpa tujuan khusus, “Buron Beruang Merah” memberi Anda petualangan yang menegangkan. Selamat mengikuti!

Zaky Yamani
Penerjemah “Buron Beruang Merah” (The Bolshevik Myth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar