Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Maret 2013

More Reviews on "Kehausan di Ladang Air"



Ini bukan buku biasa. Pembaca seolah diajak melihat fragmen-fragmen kehidupan kota Bandung khususnya di pemukiman padat penduduk. Tentang produktivitas penduduk yang menurun karena harus mengantri air atau begadang akibat menunggu air. Tentang pedagang air dan lingkarannya. Tentang premanisme, pemasangan instalasi illegal oleh oknum PDAM. Tentang ormas yang blak-blakan dicantumkan identitasnya oleh Zaky. Dan tentang betapa iklim politik pun mampu mempengaruhi kebijakan air minum.
Sehingga tidak berlebihan ketika pejabat Walhi mengatakan bahwa buku (termasuk penulisnya) menuai ancaman dan kecaman pihak “terkait”.

Kamis, 07 Maret 2013

More reviews on Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya




Gw dari dulu suka banget baca cerpen. Itu juga yang membuat gw ikut kelas ‘Penulisan Populer’-nya Pak Ismail Marahimin, bokapnya @somemandy. Ini yang kerap membuat gw disangka anak Fakultas Sastra, karena nulis soal ini di sampul belakang buku ‘Cheers, UK!’ Percayalah, darah oranye mengalir deras di dalam gw: gw aseli anak FISIP!
Pada masa itu, gw suka banget sama Seno Gumira Ajidarma. Dan kini, ada ‘Johnny Mushroom dan cerita lainnya’ di tangan gw.

Rabu, 06 Maret 2013

Review Kehausan di Ladang Air dari gutterspit.com




Satu dekade lalu ada sebuah majalah bernama Pantau. Ia agak berbeda dengan majalah lain pada zamannya, karena isinya merupakan tulisan investigatif ala jurnalisme pada umumnya namun dipaparkan dalam gaya tutur yang menarik seperti novel.
Majalah itu tidak berumur lama, namun cukup membuat saya berkeyakinan bahwa di zaman huru-hara informasi seperti sekarang, usaha mewartakan itu harus menarik. Sejak itu saya selalu berandai-andai jika saja metode penulisan seperti itu populer di kalangan anak muda dan dipakai untuk membongkar ketidakadilan di sekeliling kita, akan menjadi senjata cukup ampuh untuk melawan kebanalan teks ditengah puting beliung informasi yang berseliweran mengalihkan perhatian kita. Hingga tiba hari ini, sinyal menggembirakan datang seusai membaca buku“Kehausan di Ladang Air”.

Johnny Mushroom di Rolling Stone Indonesia



Namanya Yadi. Tapi teman-teman sepergaulan menyebutnya jauh lebih keren: Johnny…Johnny Mushroom. Ia anak punk necis. Memakai kemeja Ben Sherman, Levi’s, Doc Martens. Telinganya akrab dengan Sham 69, GBH, Rancid hingga The Business. Johnny adalah penjual mushroom, sejenis jamur halusinogenik. Menjual jamur yang kerap ditemukan di atas kotoran sapi ini, adalah sebuah keputusan penting seorang skinhead macam Johnny.

Mushroom adalah ingatan masa kecil Johnny. Jamur itu pernah diberikannya pada sang ibu, untuk dimasak bagi anggota keluarganya. Ibu, ayah dan pamannya mabuk berat. Johnny habis dimarahi sang ayah. Ini membuat ia bersumpah untuk tak lagi menyantap jamur, apapun jenisnya. Sebuah momen di Pangandaran, mengantarkannya kembali pada jamur ajaib ini.