Suatu hari saya bertemu seorang mantan wartawan yang sudah sepuh.
Dalam obrolan kami, dia mengeluhkan sikap para wartawan muda yang
menurut dia tidak lagi mempedulikan sopan santun saat mewawancarai
narasumber. "Coba bayangkan, sekarang anak-anak muda itu
berani-beraninya bertanya kepada seorang pejabat dengan menggunakan kata
'anda'," kata wartawan sepuh itu.
Saya tanya, "Memangnya apa yang salah dengan kata 'anda'?"
Dia menjawab, "Itu tidak sopan, seharusnya wartawan-wartawan muda itu bertanya dengan menggunakan kata 'Bapak' atau 'Ibu'. Para narasumber itu kan lebih tua umurnya dari wartawan-wartawan itu."
Keluhan semacam itu, bukan dari dia saja yang pernah saya dengar. Beberapa orang, yang biasanya berusia di atas lima puluh tahun, sering mengeluhkan penggunaan kata "anda" oleh anak muda saat bertanya kepada orang yang lebih tua, atau kepada orang memiliki jabatan tinggi. Bahkan kabarnya, ada juga dosen yang tersinggung oleh mahasiswa yang menggunakan kata "anda" saat bertanya kepada dosen itu.
Saya tidak tahu kenapa ada orang-orang yang tersinggung saat ditanya dengan menggunakan kata "Anda". Karena kata "Anda" secara harfiah berarti "yang mulia" atau "yang terhormat".
Rosihan Anwar, di dalam bukunya "Bahasa Jurnalistik dan Komposisi" (cetakan keempat, 1991, hal. 10-12) memaparkan, kata "Anda" diperkenalkan ke dalam khazanah bahasa Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, sebagai salah satu upaya untuk menghilangkan unsur aristokrasi feodal dalam cara berbahasa orang Indonesia. Rosihan Anwar sendiri mengutip argumen Sutan Takdir Alisjahbana yang menulis di bukunya "Indonesia in the Modern World" (New Delhi, 1961), bahwa kata "anda" diharapkan dapat menjadi kata ganti orang kedua yang serupa dengan "you" di dalam bahasa Inggris.
Lalu siapa yang menemukan, atau lebih tepatnya memperkenalkan kata "anda" ke dalam bahasa Indonesia?
Yang memperkenalkan kata "anda" ke dalam bahasa baku Indonesia, adalah seorang kapten Angkatan Udara Republik Indonesia, bernama Sabirin. Dia menggali kata "anda" dari Kamus Modern Bahasa Indonesia yang disusun oleh Sutan Mohamad Zain.
Sebelum memperkenalkan kata "anda" Sabirin berkonsultasi dengan Sutan Mohamad Zain, yang kemudian setuju "anda" dipakai sebagai kata ganti orang kedua yang sama dengan "you". Sutan Mohamad Zain menjelaskan, kata "anda" awalnya terdiri dari satu kata saja, yaitu "ra" dari bahasa Kawi yang berarti "yang mulia". Dalam perkembangannya, kata "ra" berubah menjadi "da". Satu suku kata itu di masa kemudian diberi awalan "an", sehingga penyebutannya menjadi "anda".
Lalu kapan kata "anda" pertama kali digunakan secara tertulis sebagai bahasa media massa?
Rosihan Anwar mencatat, "...kata anda itu diperkenalkan pertama kali dalam harian Pedoman, Kemis [sic] tanggal 28 Februari 1957."
Penggunaan kata "anda" oleh Pedoman, bukannya tanpa tentangan. Pesaing Pedoman, Harian Rakyat, yang berhaluan komunis menentang penggunaan kata "anda" dan mengajukan tandingannya, yaitu kata "andika". Tetapi, tulis Rosihan Anwar, kata "andika" tidak pernah mendapat pasaran, dan yang laku akhirnya ialah kata "anda".
Kemudian, Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan, "Makna hakiki kata anda ialah 'pendemokrasian dalam kata ganti'. Mempopularkan kata anda berarti juga membantu tumbuhnya masyarakat Indonesia yang demokratis." Sutan Takdir Alisjahbana mengusulkan kata "anda" ditulis secara seragam dengan huruf awal kapital. Tujuannya? "Untuk mencegah perasaan feodal masuk pula, yaitu kepada orang tinggi dipakai huruf besar, kepada yang rendah dipakai huruf kecil," demikian Sutan Takdir Alisjahbana dalam Pedoman Minggu, 14 April 1957.
Jadi, bapak, ibu, tuan, nyonya sekalian, tidak perlulah kita merasa tersinggung ketika dipanggil dengan kata "anda" oleh anak muda. Karena kalau merasa tersinggung, berarti bapak, ibu, tuan dan nyonya sekalian masih bermental feodal, berjiwa priyayi, dan mengkastakan manusia.
Zaky Yamani, 22 Mei 2013
Saya tanya, "Memangnya apa yang salah dengan kata 'anda'?"
Dia menjawab, "Itu tidak sopan, seharusnya wartawan-wartawan muda itu bertanya dengan menggunakan kata 'Bapak' atau 'Ibu'. Para narasumber itu kan lebih tua umurnya dari wartawan-wartawan itu."
Keluhan semacam itu, bukan dari dia saja yang pernah saya dengar. Beberapa orang, yang biasanya berusia di atas lima puluh tahun, sering mengeluhkan penggunaan kata "anda" oleh anak muda saat bertanya kepada orang yang lebih tua, atau kepada orang memiliki jabatan tinggi. Bahkan kabarnya, ada juga dosen yang tersinggung oleh mahasiswa yang menggunakan kata "anda" saat bertanya kepada dosen itu.
Saya tidak tahu kenapa ada orang-orang yang tersinggung saat ditanya dengan menggunakan kata "Anda". Karena kata "Anda" secara harfiah berarti "yang mulia" atau "yang terhormat".
Rosihan Anwar, di dalam bukunya "Bahasa Jurnalistik dan Komposisi" (cetakan keempat, 1991, hal. 10-12) memaparkan, kata "Anda" diperkenalkan ke dalam khazanah bahasa Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, sebagai salah satu upaya untuk menghilangkan unsur aristokrasi feodal dalam cara berbahasa orang Indonesia. Rosihan Anwar sendiri mengutip argumen Sutan Takdir Alisjahbana yang menulis di bukunya "Indonesia in the Modern World" (New Delhi, 1961), bahwa kata "anda" diharapkan dapat menjadi kata ganti orang kedua yang serupa dengan "you" di dalam bahasa Inggris.
Lalu siapa yang menemukan, atau lebih tepatnya memperkenalkan kata "anda" ke dalam bahasa Indonesia?
Yang memperkenalkan kata "anda" ke dalam bahasa baku Indonesia, adalah seorang kapten Angkatan Udara Republik Indonesia, bernama Sabirin. Dia menggali kata "anda" dari Kamus Modern Bahasa Indonesia yang disusun oleh Sutan Mohamad Zain.
Sebelum memperkenalkan kata "anda" Sabirin berkonsultasi dengan Sutan Mohamad Zain, yang kemudian setuju "anda" dipakai sebagai kata ganti orang kedua yang sama dengan "you". Sutan Mohamad Zain menjelaskan, kata "anda" awalnya terdiri dari satu kata saja, yaitu "ra" dari bahasa Kawi yang berarti "yang mulia". Dalam perkembangannya, kata "ra" berubah menjadi "da". Satu suku kata itu di masa kemudian diberi awalan "an", sehingga penyebutannya menjadi "anda".
Lalu kapan kata "anda" pertama kali digunakan secara tertulis sebagai bahasa media massa?
Rosihan Anwar mencatat, "...kata anda itu diperkenalkan pertama kali dalam harian Pedoman, Kemis [sic] tanggal 28 Februari 1957."
Penggunaan kata "anda" oleh Pedoman, bukannya tanpa tentangan. Pesaing Pedoman, Harian Rakyat, yang berhaluan komunis menentang penggunaan kata "anda" dan mengajukan tandingannya, yaitu kata "andika". Tetapi, tulis Rosihan Anwar, kata "andika" tidak pernah mendapat pasaran, dan yang laku akhirnya ialah kata "anda".
Kemudian, Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan, "Makna hakiki kata anda ialah 'pendemokrasian dalam kata ganti'. Mempopularkan kata anda berarti juga membantu tumbuhnya masyarakat Indonesia yang demokratis." Sutan Takdir Alisjahbana mengusulkan kata "anda" ditulis secara seragam dengan huruf awal kapital. Tujuannya? "Untuk mencegah perasaan feodal masuk pula, yaitu kepada orang tinggi dipakai huruf besar, kepada yang rendah dipakai huruf kecil," demikian Sutan Takdir Alisjahbana dalam Pedoman Minggu, 14 April 1957.
Jadi, bapak, ibu, tuan, nyonya sekalian, tidak perlulah kita merasa tersinggung ketika dipanggil dengan kata "anda" oleh anak muda. Karena kalau merasa tersinggung, berarti bapak, ibu, tuan dan nyonya sekalian masih bermental feodal, berjiwa priyayi, dan mengkastakan manusia.
Zaky Yamani, 22 Mei 2013